BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto lahir
di Jakarta, 3 September 1961 umur (50 tahun) adalah seorang penyanyi beraliran balada dan country yang menjadi salah satu legenda hidup
di Indonesia. Lewat lagu-lagunya,
ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga
sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik
atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil
Rakyat, Tante Lisa),
empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang
Seberang Istana, Lonteku),
atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar
Indonesia, seperti Ethiopia)
mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Namun demikian, Iwan Fals tidak
hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.
Salah satunya adalah lagu “Hatta” yang diciptakan oleh Iwan
Fals tentang kepergian sosok Bung Hatta, lagu ini akan dianalisis dari aspek
gramatikal dan leksikal. Untuk mengetahui isi atau kandungan yang terdapat
dalam lirik lagu “Hatta”.
A.
Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek gramatikal
yang terdapat pada lirik lagu “Hatta” karya Iwan Fals?
2. Apa saja aspek leksikal yang
terdapat pada lirik lagu “Hatta” karya Iwan Fals?
BAB II
KAJIAN TEORI
Analisis tekstual adalah analisis wacana yang bertumpu secara
internal pada teks yang dikaji (Sumarlam, ed., 2008:87). Dalam analisis wacana,
segi bentuk atau struktur lahir wacana disebut aspek gramatikal wacana,
sedangkan segi makna atau struktur batin wacana disebut aspek leksikal
wacana. Aspek gramatikal wacana
meliputi: (1) pengacuan perangkaian (reference), (2) penyulihan (subtitution),
(3) pelepasan (ellipsis), (4) perangkaian (conjuction). (Halliday dan Hasan,
1976: 6; Sumarlam, 1996: 66; Baryadi, 2001: 10).
Pengacuan (Referensi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang
berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang
mendahului atau yang mengikutinya (Sumarlam, ed., 2008:23). George Yule
(2006:27) mengungkapkan referensi sebagai suatu tindakan di mana seorang
penutur, atau penulis, menggunakan bentuk linguistik untuk memungkinkan seorang
pendengar atau pembaca mengenali sesuatu. Berdasar pada tempatnya, pengacuan
dibedakan menjadi pengacuan endofora dan pengacuan eksofora. Pengacuan
dikatakan endofora jika acuannya berada di dalam teks wacana tersebut,
sedangkan eksofora jika acuannya berada di luar teks wacana. Pengacuan endofora
berdasarkan arah pengacuan dibedakan menjadi pengacuan anaforis dan kataforis.
Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis pengacuan, yakni pengacuan persona,
demonstratif, dan komparatif. Penyulihan adalah salah satu jenis kohesi
gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan
lingual lain dalam suatu wacana dengan tujuan memperoleh unsur pembeda.
Substitusi atau penyulihan dibagi menjadi empat macam, yakni (1) substitusi
nominal, (2) substitusi verbal, (3) substitusi frasal, dan (4) substitusi
klausal (Sumarlam, ed., 2008:28).
Pelesapan atau ellipsis adalah suatu gaya yang berwujud
menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau
ditafsirkan sendiri oleh pembca atau pendengar, srhingga struktur gramatikal
atau kalimatnya memenuhi pola yangberlaku (Gorys Keraf, 2004:132).
Perangkaian atau konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal
yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain
dalam wacana (Sumarlam, ed., 2008:32).
Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur
batin sebuah wacana. Dalam hal ini, aspek leksikal wacana bertumpu pada
hubungan secara semantis. Aspek leksikal wacana meliputi repetisi
(pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi
(hubungan atas bawah), antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi (kesepadanan).
Repetisi adalah pengulangan
bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi
tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Gorys Keraf, 2004:127). Selanjutnya
Gorys Keraf (2004:127-128) membagi repetisi menjadi delapan macam, yakni
epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis,
dan anadiplosis.
Sinonimi adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai (1) telaah
mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama, atau (2) keadaan di
mana dua kata atau lebih memiliki makna yang sama (Gorys Keraf, 2004:34).
Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi lima
macam, yakni (1) sinonimi antara morfem (bebas) dan morfem (terikat), (2) kata
dengan kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa, dan
(5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat (Sumarlam, ed., 2008:39).
Antonimi lawan kata adalah relasi antar makna yang wujud logisnya
sangat berbeda atau bertentangan (Gorys Keraf, 2004:39). Antonimi juga disebut
oposisi makna. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dibedakan menjadi lima
macam, yakni (1) oposisi mutlak, (2) oposisi kutub, (3) oposisi hubungan, (4)
oposisi hirarkial, dan (5) oposisi majemuk.
Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan
pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan (Sumarlam, ed.,
2008:44).
Hiponimi adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas-bawah
(Gorys Keraf, 2004:38).
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual
tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma (Sumarlam, ed.,
2008:46).
BAB III
PEMBAHASAN
Lirik Lagu Iwan Fals
Judul : Hatta
{1}Tuhan terlalu cepat semua
{2}Kau panggil satu satunya yang tersisa
{3}Proklamator tercinta
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
{4}Jujur lugu dan bijaksana
{5}Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
{6}Rakyat Indonesia
{7}Hujan air mata dari pelosok negeri
{8}Saat melepas engkau pergi
{9}Berjuta kepala tertunduk haru
{10}Terlintas nama seorang sahabat
{11}Yang tak lepas dari namamu
{12}Terbayang baktimu
{13}Terbayang jasamu
{14}Terbayang jelas jiwa sederhanamu
{15}Bernisan bangga
{16}Berkafan doa
{17}Dari kami yang merindukan orang
{18}Sepertimu
Judul : Hatta
{1}Tuhan terlalu cepat semua
{2}Kau panggil satu satunya yang tersisa
{3}Proklamator tercinta
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
{4}Jujur lugu dan bijaksana
{5}Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
{6}Rakyat Indonesia
{7}Hujan air mata dari pelosok negeri
{8}Saat melepas engkau pergi
{9}Berjuta kepala tertunduk haru
{10}Terlintas nama seorang sahabat
{11}Yang tak lepas dari namamu
{12}Terbayang baktimu
{13}Terbayang jasamu
{14}Terbayang jelas jiwa sederhanamu
{15}Bernisan bangga
{16}Berkafan doa
{17}Dari kami yang merindukan orang
{18}Sepertimu
Lirik lagu “Hatta” adalah salah satu bentuk teks, sehingga lirik
lagu tersebut dapat dikaji atau dianalisis secara gramatikal dan leksikal,
dalam analisis ini hal yang akan menjadi objek analisis adalah lirik lagu “Hatta”.
1.
Aspek Gramatikal
Aspek gramatikal wacana dalam analisis lagu “Hatta” ini hanya meliputi pengacuan
(reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian
(conjungtion).
a)
Pengacuan (Persona)
1)
Kau
panggil satu satunya yang tersisa{2}
2)
Saat
melepas engkau pergi{8}
3)
Yang tak
lepas dari namamu{11}
4)
Terbayang
baktimu{12}
5)
Terbayang
jasamu{13}
6)
Terbayang
jelas jiwa sederhanamu{14}
7)
Dari kami
yang merindukan orang{17}
8)
Sepertimu{18}
Pengacuan yang
terdapat dalam liril lagu “Hatta” adalah pengacuan persona jamak I {17},
persona tunggal II terikat lekat kiri {8}, persona tunggal II lekat kanan
{11,12,13,14,18}.
b)
Penyulihan (Substitusi)
1)
Bernisan
bangga{15}
2)
Berkafan
doa{16}
3)
Terbayang
baktimu{12}
4)
Terbayang
jasamu{13}
Dalam lirik lagu “Hatta” terdapat penyulihan substitusi
verbal, penyulihan ini terjadi pada kata baktimu diganti jasamu. Lalu bernisan
diganti dengan berkafan.
c)
Pelepasan
(Elipsis)
Pelesapan atau penghilangan satuan lingual tertentu
sering digunakan para pencipta lagu untuk tujuan estetika. “Hatta” juga memuat
lirik-lirik yang mengalami pelesapan. Pelesapan dalam lagu tersebut dapat
ditemukan pada kutipan-kutipan berikut.
1)
Tuhan
terlalu cepat Ø semua{1}
(Tuhan telalu cepat untuk mengambil semua)
2)
Ø Kau
panggil satu satunya yang tersisa{2}
(Tuhan kau panggil satu-satunya yang tersisa)
3)
Hujan Ø
air mata dari pelosok negeri{7}
(Hujan dan air mata dari pelosok negeri)
4)
Berjuta
kepala Ø tertunduk Ø haru{9}
(berjuta kepala manusia tetunduk dan haru)
5)
Yang Ø
tak lepas dari namamu{11}
(yang tidak lepas dari namamu)
d) Perangkaian (Konjungsi)
1)
Jujur
lugu dan bijaksana{4}
Dalam lirik lagu “Hatta” terdapat satu perangkaian, penambahan(aditif)
yaitu “dan”.
2.
Analisis
Aspek Leksikal
Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna
atau struktur batin sebuah wacana. Aspek leksikal wacana dalam lirik lagu “Hatta”
meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding
kata), hiponimi (hubungan atas bawah), dan antonimi (lawan kata).
a)
Repetisi (Pengulangan)
Wacana berupa lagu sering ditemukan bentuk repetisi di
dalamnya, terutama repetisi bait atau refren.
1)
Terbayang baktimu{12}
Terbayang jasamu{13}
Terbayang jelas jiwa sederhanamu{14}
Terbayang jasamu{13}
Terbayang jelas jiwa sederhanamu{14}
Kata terbayang pada lirik di atas merupakan repetisi
anaphora. Dari baris {13, 14, 15}.
2)
Mengerti
apa yang terlintas dalam jiwa{5}
Terbayang jelas jiwa sederhanamu{14}
Terbayang jelas jiwa sederhanamu{14}
Kata jiwa pada lirik tersebut, merupakan repetisi
epizeuksis, dari baris {5 dan 14}.
b)
Sinonimi
(Padan Kata)
Sinonimi
merupakan salah satu aspek leksikal yang mendukung kepduan wacana. Sinonimi
berfungsi sebagai penjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual
tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana. Lagu “Hatta”memuat satu
sinonimi, yaitu sinonimi kata dengan kata.
1)
Bernisan
bangga{15}
Berkafan doa{16}
pada kata di atas kata ‘bernisan’ bersinonimi dengan kata ‘berkafan’.
Berkafan doa{16}
pada kata di atas kata ‘bernisan’ bersinonimi dengan kata ‘berkafan’.
c)
Antonimi
(Lawan Kata)
Di dalam lirik
lagu “Hatta” tidak ditemukan antonimi atau lawan kata.
d) Kolokasi (Sanding Kata)
1)
{12}Terbayang
baktimu
2)
{13}Terbayang
jasamu
3)
{14}Terbayang
jelas jiwa sederhanamu
Pada kata yang ditebali menunjukkan suatu kepadanan
wacana.
e)
Di dalam lirik lagu “Hatta”
tidak terdapat hubungan atas-bawah atau hiponimi dan ekuivalensi.
KESIMPULAN
Lagu “Hatta” adalah
salah satu lagu yang ditulis oleh Iwan Fals dan dinyanyikan oleh beliau sendiri. Lewat
lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun
1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu
sendiri. Lagu ini tekandung makna yang mendalam tentang sang proklamator di
negeri Indonesi. Hasil analisis gramatilkal meliputi pengacuan, penyulihan,
pelepasan dan perangkaian. Dan analisis leksikal meliputi repetisi, sinonimi,
antonimi, kolokasi.
DAFTAR PUSTAKA
Gorys Keraf.
2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sumarlam. Ed.
2008. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana Teori, Metode, & Aplikasi
Prinsip-Prinsip Analisi Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Yule, George.
2006. Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar