PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Karya sastra merupakan ekspresi perasaan, gagasan, ideologi, dan
wawasan pengarang dalam membaca segala hal yang diciptakan dengan bahasa yang
khas. Ekspresi tersebut sebagai perwujudan sesuatu yang dilihat oleh pengarang,
baik indrawi maupun hakiki. Pengarang merespon secara aktif dan pasif serta
menciptakan hasil kreatif. Bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang
hendaknya mempertimbangkan kesan-kesan empati bagi pembaca agar pembaca dapat
merasakan apa yang dirasakan pengarang sehingga ada pertalian antara pengarang
dengan pembaca. Oleh karena itu, pemilihan kata yang digunakan diharapkan mampu
menyentuh sisi sensitivitas pembaca.
Stilistika merupakan ilmu
tentang gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan salah satu unsur struktur karya
sastra. Oleh karena itu, hubungan dengan unsur-unsur lainnya sangat koheren.
Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat, serta
menimbulkan reaksi tertentu, untuk menimbulkan tanggapan pikiran kepada pembaca
(Pradopo, 2009: 93). Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra
mungkin disengaja dan mungkin juga timbul serta-merta ketika pengarang mengungkapkan
idenya. Gaya bahasa merupakan efek dalam karya sastra yang dipengaruhi oleh
nurani. Melalui gaya bahasa itu, seorang
sastrawan
dalam menuangkan ekspresinya betapapun rasa jengkel dan senangnya, jika
dibungkus dengan gaya bahasa akan semakin indah.
Dalam
kaitannya dengan analisis kohesi ini, maka perlu dijelaskan tentang kohesi itu
sendiri. Antara bagian kalimat yang satu dengan bagian yang lain terdapat
hubungan yang bersifat mengaitkan anatarabagian kalimat atau antarkalimat itu. Bagian-bagian dalam sebuah kalimat atau
kalimat-kalimat dalam sebuah alinea, yang masing-masing mengandung gagasan,
tidak mungkin disusun secara acak. Antarunsur tersebut secara secara alami
dihubungkan oleh unsure makna, unsure semantik. Hubungan semantik
merupakan bentuk hubungan yang esensial
dalam kohesi yang mengaitkan makna-makna dalam sebuah teks (Hilladay &
Hasan, 1989: 73).
Stilistika
yang membahas tentang gaya bahasa dan gaya bahasa itu sendiri merupakan cara
mengungkapkan seorang pengarang dalam karyanya, pada kumpulan cerpen Perempuan
Bercahaya karya Rina Ratih yang merupakan gaya pengarang dalam menciptakan
karyanya sehingga terdapat hubungan antar kalimat yang sesuai. Dari
kalimat-kalimat tersebut membentuk suatu kesatuan yang menghasilkan satu
bentuk.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja penanda kohesi yang
terdapat dalam kumpulan cerpan Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih ?
2.
Apa saja penanda kohesi dalam
kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih ?
C.
Tujuan
1.
Pembaca memahami penyebab adanya
hubungan antar kalimat dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina
Ratih.
2.
Mengetahui penanda kohesi apa
saja yang terdapat dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih.
3.
Mengetahui hubungan yang terdapat
dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih.
KAJIAN TEORI
Dalam memahami sebuah teks atau bacaan perlu adanya pengetahuan tentang
hubungan yang terjadi antarkalimatnya. Hubungan tersebut bersifat mengaikan
antarbagian kalimat atau antarkalimat dan dapat bersifat eksplisit atau implisit.
Bersifat eksplisit karena ditandai dengan kata penghubung, atau kata-kata
tertentu yang bersifat menghubungkan, sedangkan bersifat implisit karena
mungkin hanya berupa hubungan kelogisan, hubungan yang disimpulkan oleh
pembaca. Hubungan tersebut dalam ilmu bahasa disebut kohesi (keutuhan).
Kata penghubung antarkalimat dapat dicontohkan seperti: “dan, kemudian,
sedang, tetapi, namun, melainkan, bahwa, sebab, jika, maka, dengan demikian,
akan tetapi, oleh karena itu”, dan sebagainya.dalam penggunaanya harus secara
hati-hati, karena apabila sering digunakan dan itu menggunakan kata yang sama
makaakan terjadi pengulangan kata yang berlebihan,membosankan, bahkan akan
tidak menarik.
Dalam kohesi terdapat juga rujuk silang, variasi anggun, dan variasi
elegan. Rujuk silang merupakan penyebutan kembali sesuatu yang telah
dikemukakan sebelumnya, merupakan alat pengulangan makna dan referensi. Bentuk
pengulangan yang paling sering adalah pengulangan yang berupa kata atau
kelompok kata yang sama. Namun hal tersebut dapat diantisipasi dengan adanya
prinsip pengurangan, yaitu penyingkatan kata atau kelompok kata yang telah
disebut sebelumnya, sehingga tidak terjadi pemborosan kata.
Bentuk penyingkatan, pengurangan atau pengganti yang banyak dipergunakan berupa
pemakaian kata persona, seperti: “mereka, kita, kami, kalian, kamu sekalian”.
Ada juga bentuk penyingkatan yang berupa klitik “-nya”, kata “ia, dia”, kata
“itu, ini” dapat juga digunakan sebagai bentuk penggantian dan penyingkatan.
Peunaan kohesi rujuk silang sebagai sarana memperoleh efek estetis dalam karya
sastra biasanya ditempuh melalui dua cara: (1) pengulangan ekspresif
(expressive repetition) dan (2) variasi anggunm variasi elegan (elegant
variasion) (Leech & Short, 1981: 247).
Variasi anggun juga mendasarkan pada prinsip pengulangan, namun dengan
mempergunakan bentuk pengungkapan lain. Dapat berupa penggunaan bentuk sinonim
yang mempunyai makna yang sama. Selain itu,variasi elegan juga dapat berupa
sinonim, hanya saja yang berbeda adalah struktur lahir, sedangkan struktur
batin kurang lebih sama.
PEMBAHASAN
A.
Kohesi yang
Terdapat pada kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih.
1.
Kohesi Rujuk Silang
Rujuk silang merupakan penyebutan
kembali sesuatu yang telah dikemukakan sebelumnya, merupakan alat pengulangan
makna referensi. Dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih
terdapat beberapa kalimat yang menunjukkan adanya kohesi rujuk silang,
diantaranya:
a)
Kata ganti persona
‘ia’
§ Mas Ripto asyik
memancing dengan anak-anak dan sibuk mengemudikan kapal. Sementara yang
kurindukan dan kuinginkan tak jua terwujud; rindu ia menjadi imam di setiap sholatku (Perempuan Bercahaya, Hal 2 ).
§ Dengan kesetian
seorang sopir, Kirno selalu siap menemani kemana aku pergi dan selama di sana, ia menjadi pelindung yang bisa
kuandalkan (Perempuan Bercahaya, Hal 5).
§ Kirno pun
terperanjat dengan sikapku. Ia pasti
tidak pernah menduga satu kalipun dalam hidupnya bahwa aku, majikannya selama
puluhan tahun, mencium tangannya setelah sholat bersama (Perempuan Bercahaya,
Hal 6).
§ Sejak awal
Ramadhan, ada yang berubah pada Mas Tami, padahal tak pernah kubayangkan akan
seperti ini. Ia sulit dihubungi
(Perempuan Kedua, Hal 8).
§ “Mas Tami tidak
seperti yang Ibu kira. Ia sangat
menghargai Sri, Bu. ” (Perempuan Kedua, Hal 11).
§ Tujuanku bertemu
dengan perempuan ini, pertama: member tahu aka istri pertamanya! Kedua: meminta
Mas Yusuf mengganti biaya hidup untuk kedua anakku! Ketiga: aku ingin ia kembali dala kehidupan kami (Perempuan
Pengambil Hati, Hal 22).
§ Hendro adalah
kekasih yang romantis. Pantai adalah tempat kesukaanya. Beberapa pantai di
Yogya telah kami kunjungi. Ia selalu
melarangku menulis namanya di pasir pantai (Perempuan Pemuja Ketampanan, Hal
27).
§ Aris, kekasihku itu
tidak tampak batang hidungnya padahal sejakkemarin Ia menemaniku mempersiapkan hari wisuda (Perempuan Pemuja
Ketampanan, Hal 30).
§ Saat undangan telah
dipesan, berita buruk itu kudengar. Ibu mengunci diri di kamar. Ia tidak mau makan, tidak mau minum,
tadak mau bertemu dengan saudara (Perempuan Pemuja Ketampanan, Hal 36).
§ Lasmi perempuan
setengan baya itu kelihatan murung. Guratan-guratan sedih tergores panjang di
wajahnya tatapan matanya menerobos
kedalaman relung hati. Menatap Ia duduk
di tepi ranjang menatap tubuh yang terkulai tak berdaya (Malaikat Penjaga
Perempuan, Hal 38).
§ Beberapa kali
kupergoki Evie masih berkencan dengan lelaki lain meski ia selalu kukirimi uang untuk memenuhi kebutuhannya (Perempuan itu
Bernama Evie, Hal 50).
b)
Kata ganti persona
‘Mereka’
§ Lebih bodoh lagi
jika aku mempertaruhkan kemandirian anak-anakk sekarang dengan laki-laki yang
telah meninggalkan mereka Sembilan
tahun tanpa kabar! (Perempuan Pengambil Hati, Hal 24).
§ Mini dan suaminya
tersenyum senang. Lasmi menatap mereka,
bahagia menyeruak hatinya melihat Mini yang ditinggalkan sejak kecil kini telah
menikah (Malaikat Penjaga Perempuan, Hal 41).
§ Dunia serasa
berhenti brputar saat ibu dan Nurlita tahu keberadaan Evie. Entah dari mana mereka tahu (Perempuan itu Bernama
Evie, Hal 40).
c)
Kata ganti persona
‘Kami’
§ “Pasti Mas
Hermawan, saya akan selalu jaga ibu. Ndak usah khawatir!” janji Kirno pada
keluargaku sikapnya hormat dansantun
sejak menjadi sopir keluarga kami (Perempuan
Bercahaya, Hal 5).
§ Aku dan Kirno
sholat isya di masjid. Karena waktu sholat isya sudah lewat, hanya kami berdua yang akan sholat saat itu
(Perempuan Bercahaya, Hal 6).
§ “Apa salahnya, Bu?”
aku menatap ibu memohon pengertiannya. Kami
bertatapan lama, mata ibu tampak lelah (Perempuan Kedua, Hal 8).
§ Lebaran tahun ini,
Mas Tami berjanji mengantarkanku pulang ke rumah ibu di kampong. Itupun setelah
aku merayu dan menggelendot manja dipelukannya setelah kami bercinta hebat (Perempuan Kedua, Hal 13).
§ “ya, ayo kita
coba!” setelah itu aku Hendro menulis
nama kami dibibir pantai (Perempuan
Pemuja Ketampanan, Hal 27).
d)
Kata ganti persona
‘Kita’
§ Sri kamu berhak
hidup bahagia tapi tidak menjadi perempuan kedua ibu dan kau sekarang! setelah
ayahmu pergi, ibu tidak dapat apa-apa. Warisan, uang pension itu milik istri
pertamanya, Sri kita hanya dapat
rumah ini (Perempuan Kedua, Hal 10)
2.
Pengulangan
Ekspresif
Wujud pengulangan ekspresif adalah
pengulangan formal. Pengulangan itu sendiri merupakan suatu bentuk penekanan
makna dan kesan emotif, ekspresif, di samping juga untuk memperkuat sifat
paralelistis kalimat.
§ Ternyata waktu
begitu cepat berlalu, aku belum
melakukan tindakn apa pun dari rencana semula. Belum menjambak rambutnya, belum menampar wajahnya, dan juga belum menendang bokongnya (Perempuan
Pengambil Hati, Hal 23).
3.
Variasi Anggun
Variasi angggun sebenarnya menadsarkan
diri pada prinsip pengulangan, namun
dalam mempergunakan bentuk pengulangan
lain. Dapat menggunakan bentuk sinonim berdasarkan kelayakan konteks.
§ Lebaran tahun ini,
Mas Tami berjanji mengantarku pulang ke rumah ibu di kampong. Itupun setelah
aku merayuu dan menggelendot manja di pelukannya setelah kami bercinta hebat
(Perempuan Kedua, Hal 13).
4.
Variasi elegan
Variassi elegan dapat berupa
penggunaan sinonim bentuk ekspresif, penggunaan bangunan yang berbeda, namun
maksudnya kurang lebih sama.
Di bawah perdu yang rimbun, aku
menatap mereka. Betapa nelangsa, jika hati dikhianati. Maka, tanpa ampun, aku
putuskan. Tus! Dan kucoret namnya dengan spidol merah dalm kehidupanku. Srett!
(Perempuan Pemuja Ketampanan, Hal27)
B.
Penanda Kohesi pada
kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya
Penanda kohesi yang berupa
sambungan dalam bahasa Indonesia ada banyak sekali dan berbeda fungsinya yang
menghubungkan antarbagian kalimat atau antar kalimat.
a)
Kata penghubung
‘Dan’
§ Belum menjambak
rambutnya, belim menampar wajahnya, dan
juga belum menendang bokongnya! (Perempuan Pengmbil Hati, Hal 23).
§ Mungki karena
kesetian dan kesantunannya jualah
yang membuat anak-anakku percaya memberangkatkan Kirno untuk menemaniku naik
haji (Perempuan Bercahaya, Hal 5). R
§ Romantik dan mengobral janji manis pada pacarnya, tapi layu bagai
kembang tak jadi di hadapan ibunya (Perempuan Pemuja Ketampanan, Hal 29).
§ Mini dan suaminya menunggu jawaban Lasmi
ibunya , doa laki-laki tak berdaya (Malaikat Penjaga Perempuan, Hal65).
b)
Kata
penghubung’Tetapi’
§ Dua tahun lalu, aku
berjanji sehidup semati dengan Evie,
tetapi kenyataanya, Bah! (Perempuan itu bernama Evie, Hal51)
c)
Kata penghubung
‘Jika’
§ Matamy ayang
cekukng menerawang, tangannya yang kurus melambaikan lemah jika memerlukan sesuatu (Perempuan Bercahaya, Hal 3).
§ Gadis pemuja
ketampanan seperti diriku, akan bahagia jika
duduk dan berjalan berdua dengan laki-laki tampan (Perempuam Pemuja
Ketampanan, Hal 30).
KESIMPULAN
Kohesi merupakan
hubungan yang mengaitkan antarbagian kalimat atau antarkalimat dan dapat
bersifat eksplisit atau implisit. Dalam kohesi juga terdapat juga rujuk silang
dan dalam rujuk silang tersebut terdapat pengulangan ekspresif, varriasi
anggun, dan variasi elegan. Rujuk silang merupakan penyebutan kembali sesuatu
yang telah dikemukakan seblumnya, merupakan alat pengulangan makna dan
reverensi. Dalam pembahasan ini terdapat bentuk rujuk silang, yaitu kata “ia, mereka,
kami, kita ”. wujud pengulangan ekspresif adalah pengulangan formal. Pengulangan
itu sendiri merupakan suatu bentuk penekanan makna dan kesan emotif, ekspresif,
di samping juga untuk memperkuat sifat paralelistis kalimat. Dalam pembahasan
ini terdapat kata “Belum”. Variasi anggun sebenarnya mendasarkan diri pada
prinsip pengulangan, namun dengan mempergunakan bentuk pengungkapan lain. Dapat
menggunakan bentuk sinonim, khususnya sinonim berdasarkan kelayakan konteks. Variasi
elegan dapat berupa penggunan sinonim
bentuk ekspresif, penggunaan bangunan struktur yang berbeda, namun maksudnya
kuarng lebih sama. Serta penada kohesi yang diantaranya; “dan, jika, tetapi”.
DAFTAR PUSTAKA
Ratih, Rina. 2011.Perempuan bercahaya. Yogykarta: Pustaka
Pelajar.
Keraf, Gorys. 1984.Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT
Gramedia.
Suyatmi, Titiek.
2008.Stilistika(makalah). Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar