Kamis, 04 April 2013

ANALISIS KOHESI PADA KUMPULAN CERPEN “PEREMPUAN BERCAHAYA” KARYA RINA RATIH



PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Karya sastra merupakan ekspresi perasaan, gagasan, ideologi, dan wawasan pengarang dalam membaca segala hal yang diciptakan dengan bahasa yang khas. Ekspresi tersebut sebagai perwujudan sesuatu yang dilihat oleh pengarang, baik indrawi maupun hakiki. Pengarang merespon secara aktif dan pasif serta menciptakan hasil kreatif. Bahasa sastra yang digunakan oleh pengarang hendaknya mempertimbangkan kesan-kesan empati bagi pembaca agar pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan pengarang sehingga ada pertalian antara pengarang dengan pembaca. Oleh karena itu, pemilihan kata yang digunakan diharapkan mampu menyentuh sisi sensitivitas pembaca.
 Stilistika merupakan ilmu tentang gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan salah satu unsur struktur karya sastra. Oleh karena itu, hubungan dengan unsur-unsur lainnya sangat koheren. Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat, serta menimbulkan reaksi tertentu, untuk menimbulkan tanggapan pikiran kepada pembaca (Pradopo, 2009: 93). Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra mungkin disengaja dan mungkin juga timbul serta-merta ketika pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa merupakan efek dalam karya sastra yang dipengaruhi oleh nurani. Melalui gaya bahasa itu, seorang
sastrawan dalam menuangkan ekspresinya betapapun rasa jengkel dan senangnya, jika dibungkus dengan gaya bahasa akan semakin indah.
Dalam kaitannya dengan analisis kohesi ini, maka perlu dijelaskan tentang kohesi itu sendiri. Antara bagian kalimat yang satu dengan bagian yang lain terdapat hubungan yang bersifat mengaitkan anatarabagian kalimat atau antarkalimat  itu. Bagian-bagian dalam sebuah kalimat atau kalimat-kalimat dalam sebuah alinea, yang masing-masing mengandung gagasan, tidak mungkin disusun secara acak. Antarunsur tersebut secara secara alami dihubungkan oleh unsure makna, unsure semantik. Hubungan semantik merupakan  bentuk hubungan yang esensial dalam kohesi yang mengaitkan makna-makna dalam sebuah teks (Hilladay & Hasan, 1989: 73).  
Stilistika yang membahas tentang gaya bahasa dan gaya bahasa itu sendiri merupakan cara mengungkapkan seorang pengarang dalam karyanya, pada kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih yang merupakan gaya pengarang dalam menciptakan karyanya sehingga terdapat hubungan antar kalimat yang sesuai. Dari kalimat-kalimat tersebut membentuk suatu kesatuan yang menghasilkan satu bentuk.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja penanda kohesi yang terdapat dalam kumpulan cerpan Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih ?
2.      Apa saja penanda kohesi dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih ?

C.    Tujuan
1.      Pembaca memahami penyebab adanya hubungan antar kalimat dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih.
2.      Mengetahui penanda kohesi apa saja yang terdapat dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih.
3.      Mengetahui hubungan yang terdapat dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih.













KAJIAN TEORI
Dalam memahami sebuah teks atau bacaan perlu adanya pengetahuan tentang hubungan yang terjadi antarkalimatnya. Hubungan tersebut bersifat mengaikan antarbagian kalimat atau antarkalimat dan dapat bersifat eksplisit atau implisit. Bersifat eksplisit karena ditandai dengan kata penghubung, atau kata-kata tertentu yang bersifat menghubungkan, sedangkan bersifat implisit karena mungkin hanya berupa hubungan kelogisan, hubungan yang disimpulkan oleh pembaca. Hubungan tersebut dalam ilmu bahasa disebut kohesi (keutuhan).
Kata penghubung antarkalimat dapat dicontohkan seperti: “dan, kemudian, sedang, tetapi, namun, melainkan, bahwa, sebab, jika, maka, dengan demikian, akan tetapi, oleh karena itu”, dan sebagainya.dalam penggunaanya harus secara hati-hati, karena apabila sering digunakan dan itu menggunakan kata yang sama makaakan terjadi pengulangan kata yang berlebihan,membosankan, bahkan akan tidak menarik.
Dalam kohesi terdapat juga rujuk silang, variasi anggun, dan variasi elegan. Rujuk silang merupakan penyebutan kembali sesuatu yang telah dikemukakan sebelumnya, merupakan alat pengulangan makna dan referensi. Bentuk pengulangan yang paling sering adalah pengulangan yang berupa kata atau kelompok kata yang sama. Namun hal tersebut dapat diantisipasi dengan adanya prinsip pengurangan, yaitu penyingkatan kata atau kelompok kata yang telah disebut sebelumnya, sehingga tidak terjadi pemborosan kata.
Bentuk penyingkatan, pengurangan atau pengganti yang banyak dipergunakan berupa pemakaian kata persona, seperti: “mereka, kita, kami, kalian, kamu sekalian”. Ada juga bentuk penyingkatan yang berupa klitik “-nya”, kata “ia, dia”, kata “itu, ini” dapat juga digunakan sebagai bentuk penggantian dan penyingkatan. Peunaan kohesi rujuk silang sebagai sarana memperoleh efek estetis dalam karya sastra biasanya ditempuh melalui dua cara: (1) pengulangan ekspresif (expressive repetition) dan (2) variasi anggunm variasi elegan (elegant variasion) (Leech & Short, 1981: 247).
Variasi anggun juga mendasarkan pada prinsip pengulangan, namun dengan mempergunakan bentuk pengungkapan lain. Dapat berupa penggunaan bentuk sinonim yang mempunyai makna yang sama. Selain itu,variasi elegan juga dapat berupa sinonim, hanya saja yang berbeda adalah struktur lahir, sedangkan struktur batin kurang lebih sama.
PEMBAHASAN

A.    Kohesi yang Terdapat pada kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih.

1.      Kohesi Rujuk Silang
Rujuk silang merupakan penyebutan kembali sesuatu yang telah dikemukakan sebelumnya, merupakan alat pengulangan makna referensi. Dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih terdapat beberapa kalimat yang menunjukkan adanya kohesi rujuk silang, diantaranya:

a)      Kata ganti persona ‘ia’
§  Mas Ripto asyik memancing dengan anak-anak dan sibuk mengemudikan kapal. Sementara yang kurindukan dan kuinginkan tak jua terwujud; rindu ia menjadi imam di setiap sholatku (Perempuan Bercahaya, Hal 2 ).
§  Dengan kesetian seorang sopir, Kirno selalu siap menemani kemana aku pergi dan selama di sana, ia menjadi pelindung yang bisa kuandalkan (Perempuan Bercahaya, Hal 5).
§  Kirno pun terperanjat dengan sikapku. Ia pasti tidak pernah menduga satu kalipun dalam hidupnya bahwa aku, majikannya selama puluhan tahun, mencium tangannya setelah sholat bersama (Perempuan Bercahaya, Hal 6).
§  Sejak awal Ramadhan, ada yang berubah pada Mas Tami, padahal tak pernah kubayangkan akan seperti ini. Ia sulit dihubungi (Perempuan Kedua, Hal 8).
§  “Mas Tami tidak seperti yang Ibu kira. Ia sangat menghargai Sri, Bu. ” (Perempuan Kedua, Hal 11).
§  Tujuanku bertemu dengan perempuan ini, pertama: member tahu aka istri pertamanya! Kedua: meminta Mas Yusuf mengganti biaya hidup untuk kedua anakku! Ketiga: aku ingin ia kembali dala kehidupan kami (Perempuan Pengambil Hati, Hal 22).
§  Hendro adalah kekasih yang romantis. Pantai adalah tempat kesukaanya. Beberapa pantai di Yogya telah kami kunjungi. Ia selalu melarangku menulis namanya di pasir pantai (Perempuan Pemuja Ketampanan, Hal 27).
§  Aris, kekasihku itu tidak tampak batang hidungnya padahal sejakkemarin Ia menemaniku mempersiapkan hari wisuda (Perempuan Pemuja Ketampanan, Hal 30).
§  Saat undangan telah dipesan, berita buruk itu kudengar. Ibu mengunci diri di kamar. Ia tidak mau makan, tidak mau minum, tadak mau bertemu dengan saudara (Perempuan Pemuja Ketampanan, Hal 36).
§  Lasmi perempuan setengan baya itu kelihatan murung. Guratan-guratan sedih tergores panjang di wajahnya  tatapan matanya menerobos kedalaman relung hati. Menatap Ia duduk di tepi ranjang menatap tubuh yang terkulai tak berdaya (Malaikat Penjaga Perempuan, Hal 38).
§  Beberapa kali kupergoki Evie masih berkencan dengan lelaki lain meski ia selalu kukirimi uang untuk memenuhi kebutuhannya (Perempuan itu Bernama Evie, Hal 50). 

b)     Kata ganti persona ‘Mereka’
§  Lebih bodoh lagi jika aku mempertaruhkan kemandirian anak-anakk sekarang dengan laki-laki yang telah meninggalkan mereka Sembilan tahun tanpa kabar! (Perempuan Pengambil Hati, Hal 24).
§  Mini dan suaminya tersenyum senang. Lasmi menatap mereka, bahagia menyeruak hatinya melihat Mini yang ditinggalkan sejak kecil kini telah menikah (Malaikat Penjaga Perempuan, Hal 41).
§  Dunia serasa berhenti brputar saat ibu dan Nurlita tahu keberadaan Evie. Entah dari mana mereka tahu (Perempuan itu Bernama Evie, Hal 40).


c)      Kata ganti persona ‘Kami’
§  “Pasti Mas Hermawan, saya akan selalu jaga ibu. Ndak usah khawatir!” janji Kirno pada keluargaku  sikapnya hormat dansantun sejak menjadi sopir keluarga kami (Perempuan Bercahaya, Hal 5). 
§  Aku dan Kirno sholat isya di masjid. Karena waktu sholat isya sudah lewat, hanya kami berdua yang akan sholat saat itu (Perempuan Bercahaya, Hal 6).
§  “Apa salahnya, Bu?” aku menatap ibu memohon pengertiannya. Kami bertatapan lama, mata ibu tampak lelah (Perempuan Kedua, Hal 8).
§  Lebaran tahun ini, Mas Tami berjanji mengantarkanku pulang ke rumah ibu di kampong. Itupun setelah aku merayu dan menggelendot manja dipelukannya setelah kami bercinta hebat (Perempuan Kedua, Hal 13).
§  “ya, ayo kita coba!” setelah itu aku  Hendro menulis nama kami dibibir pantai (Perempuan Pemuja Ketampanan, Hal 27). 

d)     Kata ganti persona ‘Kita’
§  Sri kamu berhak hidup bahagia tapi tidak menjadi perempuan kedua ibu dan kau sekarang! setelah ayahmu pergi, ibu tidak dapat apa-apa. Warisan, uang pension itu milik istri pertamanya, Sri kita hanya dapat rumah ini (Perempuan Kedua, Hal 10)
  
2.      Pengulangan Ekspresif
Wujud pengulangan ekspresif adalah pengulangan formal. Pengulangan itu sendiri merupakan suatu bentuk penekanan makna dan kesan emotif, ekspresif, di samping juga untuk memperkuat sifat paralelistis kalimat.
§  Ternyata waktu begitu cepat berlalu, aku belum melakukan tindakn apa pun dari rencana semula. Belum menjambak rambutnya, belum menampar wajahnya, dan juga belum menendang bokongnya (Perempuan Pengambil Hati, Hal 23). 

3.      Variasi Anggun
Variasi angggun sebenarnya menadsarkan diri  pada prinsip pengulangan, namun dalam mempergunakan bentuk pengulangan  lain. Dapat menggunakan bentuk sinonim berdasarkan kelayakan konteks.
§  Lebaran tahun ini, Mas Tami berjanji mengantarku pulang ke rumah ibu di kampong. Itupun setelah aku merayuu dan menggelendot manja di pelukannya setelah kami bercinta hebat (Perempuan Kedua, Hal 13).

4.      Variasi elegan
Variassi elegan dapat berupa penggunaan sinonim bentuk ekspresif, penggunaan bangunan yang berbeda, namun maksudnya kurang lebih sama.
Di bawah perdu yang rimbun, aku menatap mereka. Betapa nelangsa, jika hati dikhianati. Maka, tanpa ampun, aku putuskan. Tus! Dan kucoret namnya dengan spidol merah dalm kehidupanku. Srett! (Perempuan Pemuja Ketampanan, Hal27) 





B.     Penanda Kohesi pada kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya
Penanda kohesi yang berupa sambungan dalam bahasa Indonesia ada banyak sekali dan berbeda fungsinya yang menghubungkan antarbagian kalimat atau antar kalimat.
a)      Kata penghubung ‘Dan’
§  Belum menjambak rambutnya, belim menampar wajahnya, dan juga belum menendang bokongnya! (Perempuan Pengmbil Hati, Hal 23).
§  Mungki karena kesetian dan kesantunannya jualah yang membuat anak-anakku percaya memberangkatkan Kirno untuk menemaniku naik haji (Perempuan Bercahaya, Hal 5). R
§  Romantik dan mengobral  janji manis pada pacarnya, tapi layu bagai kembang tak jadi di hadapan ibunya (Perempuan Pemuja Ketampanan, Hal 29).
§  Mini dan suaminya menunggu jawaban Lasmi ibunya , doa laki-laki tak berdaya (Malaikat Penjaga Perempuan, Hal65).

b)     Kata penghubung’Tetapi’
§  Dua tahun lalu, aku berjanji sehidup semati dengan Evie, tetapi kenyataanya, Bah! (Perempuan itu bernama Evie, Hal51)

c)      Kata penghubung ‘Jika’
§  Matamy ayang cekukng menerawang, tangannya yang kurus melambaikan lemah jika memerlukan sesuatu (Perempuan Bercahaya, Hal 3).
§  Gadis pemuja ketampanan seperti diriku, akan bahagia jika duduk dan berjalan berdua dengan laki-laki tampan (Perempuam Pemuja Ketampanan, Hal 30).

KESIMPULAN
Kohesi merupakan hubungan yang mengaitkan antarbagian kalimat atau antarkalimat dan dapat bersifat eksplisit atau implisit. Dalam kohesi juga terdapat juga rujuk silang dan dalam rujuk silang tersebut terdapat pengulangan ekspresif, varriasi anggun, dan variasi elegan. Rujuk silang merupakan penyebutan kembali sesuatu yang telah dikemukakan seblumnya, merupakan alat pengulangan makna dan reverensi. Dalam pembahasan ini terdapat  bentuk rujuk silang, yaitu kata “ia, mereka, kami, kita ”. wujud pengulangan ekspresif adalah pengulangan formal. Pengulangan itu sendiri merupakan suatu bentuk penekanan makna dan kesan emotif, ekspresif, di samping juga untuk memperkuat sifat paralelistis kalimat. Dalam pembahasan ini terdapat kata “Belum”. Variasi anggun sebenarnya mendasarkan diri pada prinsip pengulangan, namun dengan mempergunakan bentuk pengungkapan lain. Dapat menggunakan bentuk sinonim, khususnya sinonim berdasarkan kelayakan konteks. Variasi elegan dapat  berupa penggunan sinonim bentuk ekspresif, penggunaan bangunan struktur yang berbeda, namun maksudnya kuarng lebih sama. Serta penada kohesi yang diantaranya; “dan, jika, tetapi”.             











DAFTAR PUSTAKA

Ratih, Rina. 2011.Perempuan bercahaya. Yogykarta: Pustaka Pelajar.
Keraf, Gorys. 1984.Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
Suyatmi, Titiek. 2008.Stilistika(makalah). Yogyakarta.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar