Jumat, 05 April 2013

PENGERTIAN dan PERKEMBANGAN ILMU TASAWUF



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Ajaran agama Islam yang sebenar-benarnya itu hanyalah yang ada di dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Dia hanya satu, tetap dan tidak pernah berubah, serta merupakan satu-satunya ajaran agama yang memiliki kebenaran yang mutlak. Ajaran agama seperti itulah, satu-satunya yang berhak disebut Risalah Allah, memiliki keuniversalsalitasan yang utuh, lengkap dan sempurna, menjadi rahmat lil-al-alamin. Dialah satu-satunya pedoman hidup dan kehidupan manusia, yang harus dipahami, diyakini, dihayati, dan diamalkan, dalam arti dan proporsisi yang sebenar-benarnya.          
Islam sebagaimana dijumpai dalam sejarah, ternyata tidak sesempit seperti yang dipahami oleh masyarakat Islam sendiri pada umumnya. Dalam sejarah terlihat bahwa Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas. Dari persentuhan tersebut lahirlah berbagai disiplin ilmu keislaman, salah satunya adalah tasawuf. Tidak dapat disangkal lagi, bahwa bidang ilmu tasawuf terdapat segi-segi mudarat dan segi-segi manfaatnya. Kerohanian adalah pusaka keagamaan Islam yang dimulai dari Nabi Muhammad SAW, sampai kepada sahabatnya. Pengakuan dan penyaksian Tuhan ini terjadi sejak manusia itu berada dalam arwah, karena itu setiap manusia di dalam batin kesadarannya mendengar pernyataan, sebagaimana firman Allah ألست بربكم قالوابلى شهد نا   Artinya: “Bukanlah Aku ini Tuhanmua?, dan ia (Jiwa) menjawab: Ya, kami telah jadi saksi”.
Segi mudharatnya yaitu karena ada kalanya membawa orang menjadi sesat, atau musyrik dan adakalanya membawa orang menjadi apatis, mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat ramai dan secara mutlak memandang dunia ini adalah tempat beramal, bekerja dan berjuang untuk kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat, bisa terjadi hal-hal yang demikian itu apabila seseorang bertasawuf tanpa berakidah dan bersyariah dan tanpa tasawuf yang berasal dari tasawuf islam yang murni.
Dengan akidah kita dapat mengetahui bahwa Allah itu ada dan mempercayai-Nya. Dengan syariah kita dapat taat menuruti peraturan-peraturan Allah. Dan dengan tasawuf dapat kita merasakn dalam batin kita dan mengenal  Allah untuk siapa dipersembahkan amal ibadah kita dan sebagai pengontrol jiwa dan khusuk kepada-Nya. Manfaat kita mengetahui tasawuf yaitu pembersih jiwa, pemupuk iman penyubur amal saleh, karena tasawuf  merupakan dasar pokok-pokok kekuatan batin. Dalam membina tata hidup dan penghidupan terutama untuk membangun mental pembangunan atas dasar-dasar ajaran tasawuf, maka Islam akan lebih mampu membangun kemajuan dunia dan dan terutama pada pembangunan nasional kita sekarang ini.  
B.     Rumusan Masalah
1.      Sejarah Tasawwuf
2.      Pengertian Tasawwuf dan sumber-sumber tasawuf.
C.    Tujuan
1.      Makalah ini ditulis, untuk memberikan sumbangsi kepada khalayak pembaca, agar dapat mengetahui dan memahami ilmu tasawwuf itu seperti apa. Dan menjadikan referensi untuk makalah selanjutnya.
2.      Untuk memenuhi tugas sertifikasi IV


PEMBAHASAN
v  Tasawwuf Sudah ada Sejak di Masa Nabi
Pada masa Rasulullah belum ada istilah tasawuf, pada massa tabi’in juga belum ada istilah tasawuf. Yang ada hanya kata istlah نساك yang tokohnya adalah Hasan Basri. Istilah tasawuf muncul pada abad II Hijriyah yang dimunculkan oleh Abu Hasyim , seorang dari Syiria, beliau mendirikan pondok sufi bernam “Takya” 
Hidup kerohanian itu adalah hidup yang dilakukan oleh Nabi Muhammad baik sebelum beliau menjadi Nabi maupun beliau sesudah menjadi Nabi. Demikian juga kehidupan sahabat-sahabat Nabi, Tabiin-tabiin dan seterusnya sampai pada masa kini. Bahakan hidup kerohanian itulah  yang menjadi ilmu tasawuf dan tarekat. Tidak ada keraguan bahwa tasawuf dan tarekat itu bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.
Al-Junaid tokoh ilmu tasawuf yang berpengaruh berkata: “bahwa semua tarekat (tasawuf) itu akan menjadi berhasil, jika tidak dilakukan sepanjang ajaran Nabi, yang merupakan sumber tarekat”.  Prof. Dr. Hamka dalam bukunya Perkembangan Tasawuf Dari Abad ke Abad, telah menyimpulkan: Bahwa tasawuf Islam telah timbul sejak timbulnya agama Islam itu sendiri, yaitu Nabi Muhammad SAW . bahwa tasawuf itu adalah salah satu pusaka keagamaan terpenting yang mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum muslimin.
Djunaidi Al-Baghdadi, pada waktu menerangkan tujuan shufi mengatakan, “Kami tidak mengambil” tasawuf ini dari pikiran dan pendapat orang, tetapi kami ambil dari menahan lapar dan meninggalkan kecintaan kepada dunia, meninggalkan kebiasaan kami sehari-hari mengikuti segala yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang”.
Maka atasa dasar tujuan itu, maka terhjadilah suatu tata cara dalam bentuk pendidikan budi pekerti yang tersusun atas dasar pendidikan tiga tingkat yaitu:
1)      Takhalli yakni mengosongkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan maksiat lahir dan maksiat batin.
2)      Tahalli yakni mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji dari taat lahir dan batin.
3)      Tajalli yakni merasakan akan rasa Ketuhanan yang sampai mencapai kenyataan Tuhan.

v  Arti Tasawuf
Tokoh-tokoh sufi telah memberikan penjelasan mengenai arti dari tasawuf baik dalam arti bahasa maupun dalam arti definisi. Dalam arti bahasa ialah kalimat tasawuf masuk dalam “babaut-taufal”dengan wazan, Tasawufal –rajulu yang artinya seorang laki-laki telah berpindah halnya dari kehidupan biasa kepada kehidupan sufi.
Jadi orang yang bertasawuf itu ialah orang yang mensucikan dirinya lahir dan batin dalam suatu pendidikan etika (budi pekerti) dengan menempuh jalan atasa dasar didikan tiga tingkat yang terdapat dalam istilah ilmu tasawuf dinamakan Tajalli, Takhalli,Tahalli.
Imam Ghazali menerangkan bahwa “Menempuh jalan ini memerlukan tanjakan –tanjakan batin. Hal ini perlu mengoosongkan batin manusia dan kemudian mengisinya dengan zikir/ ingat kepada Allah penanjakan-penanjakan itu dimulai dari satu tingkat demi tingkat sampai mencapai tingkat yang lebih tinggi, jauh di atas ukuran kata-kata”.
Arti Istilah:
1)      Basyir Al Haris salah seorang ahli sufi dalam memberi arti tasawuf, ia berkata “Ash Shufi man Shafa Qalbuhu” orang sufi ialah yang telah bersih hatinya semata-mata untuk Allah.
2)      Abu Muhammad Al Jurairi berkata ”Tasawuf ialah masuk ke dalam budi menurut contoh yang ditinggalkan oleh Nabi dan keluar dari Budi yang rendah”.
3)      Dr. Syekh H. Jalaludin, yang kita dapati dalam bukunya “Seribu Satu Wasiat Terakhir” , mengatakan: “Dawamul Ubudiyyati zahiran wa bathinan maa dawa mi huduril qalbi maal-IIlahi”. Berkekalam memperhambakan diri lahir dan batin kepada Allah, serta berkenalan hadir hati beserta Allah.
4)      Prof. Dr. Hamka: Tasawuf ialah memberikan jiwa dari pengaruh benda atau alam, supaya dia mudah menuju kepada Allah.
5)      Syaikhul Islam Zakaria Al-Ansary: Tasawuf: ialah ilmu yang menerangkan hal-hal tentang cara mensuci-bersihkan jiwa tentang cara memperbaiki akhlak dan tentang cara pembinaan kesejahteraan lahir dan batin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.
Hidup kerohanian yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, itulah kemudian menjadi ilmu tasawuf. Tetapi di zaman Nabi, memang belulah terkenal nama “Tasawuf” sebagai salah sau cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, demikianpun dengan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu fiqih, ilmu kalam, ilmu alam, ilmu hadits, ilmu tafsir dan lain-lain.
Setelah kemajuan umat mulai berkembang bersamaan perkembangan zaman dimanaperkembangan ilmu tumbuh dengan berbagai cabangnya, maka pada abad kedua Masehi, barulah kerohanian itu dilaksanakan dengan tata cara menjadi suatu ilmu yang dinamakan “Ilmu Tasawuf”.  Sebagai suatu contoh hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah.R.A. ia berkata:
عن أ بى هريرة رضى الله عنه قا ل : كان الني صلالله عليه وسلم . بارازا يوما للناس فأ اتا ه خبريل فقال: ما الأ يمان ؟ قال :أ لإيمان أنَ توء من بالله وملائكته وكتبه ورسله وتؤ من بلبعث قال: ماالإسلام ؟ قال: ألإسلام أن تعبد الله ولا تشرك به شيئا وتقيم الصلاه وتؤدى الز كاة المفرضه وتصوم رمضنا. قال: ما الإحسنا ؟ قال: أن تعبد الله كأ نك ثراه فأن لم تكن تراه فانه يراك   
  (رواهالبخري)
Pada suatu hari Nabi berada ditengah-tengah kelompok orang banyak, tiba-tiba Jibrail datang, lantas bertanya “Apakah Iman itu?”. Nabi menjawab “Iman ialah,
1.      Engkau percaya adanya Tuhan,
2.      Percaya Malaikat-Nya,
3.      Percaya kitab-kitabNya,
4.      Percaya pertemuan Tuhan di akhirat,
5.       Percaya Rasul-rasulNya,
6.      Percaya hari kebangkitan.
Selajnjutnya laki-laki itu bertanya lagi, “apakah Islam itu?” Nabi menjawab, islam ialah menyembah Allah dan menunaikan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, kemudian laki-laki itu bertanya lagi, apakah ihsan itu? Nabi menjawab, “Ihsan ialah keadaan engkau sekiranya engkau tidak melihatnya, maka Allah melihat engkau”(Bukhori).   
Terdapat tiga kesimpulan agama: Iman, Islam, Tasawuf (Ihsan). Dalam hadits tersebut dapat dipahami, bahwa kesempurnaan agama, adalah atas tiga kesimpulan itu. Yakni Iman, Islam, Ikhsan.
v  Golongan Tasawuf
Dalam cara mengenal Tuhan, tidak dengan jalan penyelidikan akal pikiran, tetapi dengan jalan merasakan di hati atau menyaksikan dengan mata hati. Mereka mengatakan, bahwa pengetahuan tentang Tuhan dan alam ujud ini, adalah suatu pengetahuan atau ilham yang dilimpahkan oleh Tuhan dalam jiwa kita, sebagai limpahan karunia rahmat Tuhan ketika ia terlepas dari godaan hawa nafsu dan ketika memusatkan ingatan kepada zat yang dicintainya yang dicarinya (Tuhan). Karena dengan kurnia rahmat itu, maka terangkatlah tabir rahasia dan tatkala itu jelaslah segala hakikat Ketuhanan yang selama itu terahasia dan dengan izin Allah, tatkala itu akal dan pikiran tak berjalan lagi, melainkan tiba pada derajat yang paling jauh di atas ukuran  kata-kata.
Zin-nun salah seorang ahli tasawuf yang terkemuka, ketika ditanya orang, dengan jalan apa tuan mengenal Tuhan? Yang dijawab oleh beliau, “Aku mengenal Tuhanku tidaklah aku mengenal Tuhanku”. Menurut ahli-ahli ilmu tauhid, itulah tauhid yang semurni-murninya. Di lain bagian, orang-orang tasawuf berpegang kepada sesuatu pepatah: “Man lam yaduk lam yarif”  (barang siapa yang belum pernah merasainya niscaya belumlah dia mengetahuinya).
من لم يذق لم يعرف.
قول ذوالنو ن من أهل التصوف.
Dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu untuk mencapai hakikat ketuhanan, bukanlah dengan jalan ilmu yang dipikirkan oleh otak semata-mata, tetapi ialah ilmu yang terpancar dalam hati.
Ghazali menerangkan, bahwa ilmu itu tidak begitu perlu untuk mencapai hakikat,Karena hakikat itu, keluar dari dalam hati. Bahwa ilham itu ialah suatu pemerolehan yang datangnya hanylah dengan tiba-tiba sudah jelas dalam hati. Acap kali yang tidak sanggup dipikirkan otak, terlintas dalam hati dengan jelas.   
v  Sumber-Sumber Tasawaf
Ada kelompok yang berpendapat bahwa tasawuf berakar dari luar ajaran Islam seperti; Majusi atau Hindu, Kristen atau Yunani, Atau campuran dari agama-agama tersebut.
a)      Taswauf bersumber dari Yunani
Teori ini mengandung banyak kelemahan serta bertentangan dengan realitas sejarah. Pertama: Tasawuf Islam telah berkembang sebelum ajaran dan pemikiran agama hindu merasuki masyarakat muslim. Selain itu, tasawuf Islam lahir sebelum munculnya satu-satunya referensi tentang akidah agama hindu. Referensi itu adalah sebuah buku yang ditulis oleh Abu Ar-Raihan Al-Biruni (315H-440H) dengan judul Tahqiq Ma lil Hindi min Maqulah Maqbulah fila `Aqli Au Marzulah. Kedua: Dari referensi tersebut Al-Biruni tidak menyebutkan adanya hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi. Oleh karena itu,
tidak ada sandaran dan landasan historis yang memperkuat tentang teori tersebut yang mengatakan tasawuf bersumber dari yunani. (Tarikh At-Tashawwuf Al-Islami, lihat juga Dr. Jamil Muhammad Abul `Ala, At-Tasawwuf Al-Islami Nasy`atuh wa Tathawwuruh).

b)      Tasawuf bersumber dari Persia
Sejarah membuktikan adanya hubungan Arab-Persia. Namun demikian, kita tidak mendapatkan keterangan yang jelas yang membuktikan adanya transmisi agama majusi dan filsafat Persia dari bangsa Persia ke bangsa Arab melalui hubungan tadi. Tidak ada argumentasi yang memungkinkan kita untuk membuat kesimpulan “bahwa tasawuf secara spesifik adalah salah satu pengaruh dan buah dari hubungan antara bangsa Arab dengan bangsa Persia”.(AL-Hayah Ar-Ruhiyah fil Islam) Jika ada orang yang mengatakan bahwa ajaran tasawuf bersumber dari Persia akibat terpengaruhnya para syeikh sufi pada Persia, maka berarti orang tersebut tidak memahami sejarah, dan pendapatnya itu bertentangan dengan kaidah ilmiah.
Selain itu, fakta menyatakan besarnya pengaruh para sufi terhadap para sufi Persia. Sebut saja Muhyiddin Ibnu Arabi (wafat 638H) Tokoh sufi ini sangat berpengaruh terhadap sejumlah besar  tokoh sufi Persia semisal Al-Iraqi (wafat 686H) dan AL-Kirmani (wafat 698 H).
c)      Tasawuf bersumber dari Filsafat Yunani
Sejarah membuktikan bahwa pemikiran Arab dan Yunani baru mengalami persinggungan setelah adanya kegiatan penerjemahan literature-literatur Yunani kuno ke dalam Bahasa Arab. Sementara Kegiatan penerjemahan ini baru dilakukan setelah tasawuf tumbuh dan berkembang pesat. Hal ini membuktikan bahwa pada fase-fase pertamanya tasawuf bersih dari pengaruh yunani.

d)     Tasawuf bersumber dari Kristen            
Pendapat para peneliti diatas pun tidak benar karena para sufi dan zahid yang terpengaruh ajaran Kristen muncul belakangan, jauh hari setelah kemunculan tasawuf itu sendiri. Anggapan sebagian orientalis yg mengatakan bahwa pola hidup miskin, sikap zuhud, dan zikir yang dilakukan para sufi diadaptasi dari Kristen juga salah. Karena banyak sekali ayat Al-Qur`an dan Sunnah Nabi yang menyeru ummatnya untuk berprilaku zuhud dan tidak cenderung pada dunia dan kenikmatannya. Banyak pula ayat dan hadits yang memotivasi umat untuk berzikir. Semua ini menegaskan bahwa praktek sufi tersebut mempunyai sumber yang orisinil dalam Islam.
Kesimpulannya. Setiap pendapat tentang keterpengaruhan tasawuf oleh unsur diluar Islam tidak tepat dan tidak didukung oleh dokumen atau teks yang diketahui khalayak ramai. Oleh karena itu, maka pendapat tersebut hanya terbatas pada masa paska tahun 1920M. Bahkan, sebagian orang yang berpendapat demikian mulai mencabut pendapatnya (Tarikh At-Thasawwuf Al-Islami).
Akhirnya, para zuhud dan sufi generasi pertama adalah orang-orang yang bersih jiwanya dan cerah hatinya, bersih nuraninya dan mampu menyingkap hakikat. Mereka melakukan seperti apa yg dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW seperti zuhud, wara`, takwa, dan ibadah berkesinambungan. Keterpengaruhan mereka pada Nabi Muhammad (bukan pada agama dan filsafat lain) itulah yg mengantarkan mereka menjadi manusia sufi dan zahid.


e)      Tasawuf bersumber dari Islam
Ada kelompok yang mengatakan bahwa tasawuf bersumber dari ajaran Islam. Inilah pendapat yang paling benar. Karena, dasar-dasar akidah dan perilaku tasawuf bersumber dari teks-teks Alqur`an dan As-Sunnah, dan kehidupan Nabi Muhammad dan para sahabat beliau. Para zuhud menyandarkan kegiatan zuhudnya dari sumber-sumber Islam tersebut, demikian juga para sufi yang menempuh jalan yang lurus. Dari Al-Quran:
فاذا ركبوا فى الفالك دعوا الله مخلسين له اللدين فلمّا نجّهم اللى البرّاذاهم يشركون
          Artinya:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main, sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al-`Ankabut:64).
الذين يذ كرون الله قيا ما وقعو دا وعلى جنو بهم ويتفكّرون فى خلق السوا ت والارض ربّنا ماخلقت هدا با طلا سبحا نك فقنا عذا النا ر
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka” (Ali Imron: 191).
Lihat pula  Al-Hadid:20-21,  Thaha:130 l-Hujurat:13. Dalam banyak ayatnya, Al-Qur`an memotifasi untuk hidup zuhud dan mewaspadai sikap cinta dunia dan kemerlapannya. Orang yang membaca Al-Qur`an secara jeli akan menjumpai ayat-ayat yang membuka pintu zikir, introspeksi diri, ibadah dan bangun malam bagi para ahli ibadah. Al-Qur`an juga berbicara tentang muraqabah, taubat, takut (khauf) pada Allah, harapan (raja`) pada Allah, syukur, tawakal, serta sabar. Al-Qur`an penuh dengan anjuran untuk mengamalkan sifat terpuji. Maka karena itu, para sufi berupaya memperindah diri dengan sifat-sifat terpuji. Dan mengambil materi pertanyaan dan makanan rohani mereka dari Kitabullah.
Hadits Qudsi dan Hadits Nabi: Abuhurairah r.a. berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Allah Azza Wajalla berfirman, “Aku tergantung pada prasangka hambaKu dan Aku selalu bersamanya tatkala ia mengingatKu. Jika hambaKu mengingatKu dalam hatinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diriKu. Dan, jika ia menyebutKu dihadapan orang banyak, maka Aku akan menyebutnya di hadapan orang banyak yg lebih baik dari mereka. Jika dia mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta. Jika ia mendekat padaKu sehasta maka aku akan mendekat padanya satu depa. Jika dia  padaKu dengan berjalan, maka Aku akan datang padanya dengan berlari. (H.R. Muslim). “Bersikap zuhudlah pada dunia, niscaya Allah akan mencintaimu, Bersikap zuhudlah dari segala apa yg dimiliki manusia, niscaya manusia akan mencintaimu!.” (H.R. Ibnu Majah)
“Jadilah engkau didunia ini laksana orang asing atau orang yg sedang menyeberang jalan.” (H.R. Al-Bukhari)
Malaikat Jibril bertanya pada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang
Ihsan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab:
“Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya; dan jika engkau tidak melihatNya. Maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. AL-Bukh

DAFTAR PUSTAKA

Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT.Bina Ilmu.
Riezam, Mohammad. Al-Dien Al-Islam dan Muhammadiyah. Universitas Ahmad Dahlan.
http://www.wikipediaislam/TASAWUF.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar