Kamis, 04 April 2013

ANALISIS INTERTEKSTUAL NOVEL “RANAH TIGA WARNA” KARYA AHMAD FUADI DENGAN NOVEL “LASKAR PELANGI” KARYA ANDREA HIRATA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Karya sastra merupakan salah satu cabang kesenian sebagai hasil cipta rasa dan karsa manusia. Sastra lahir disebabkan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya, menaruh minat terhadap masalah kemanusiaan, dan menaruh minat pada dunia realitas yang berlangsung sepanjang hari dan sepanjang zaman. Sastra yang telah dilahirakan oleh sastrawan diharapakan dapat memberikan kepuasan estetik dan kepuasan intelek bagi khalayak pembaca.
Pendekatan menurut Abrams (1976: 6-29) ada empat pendekatan yaitu mimetik, ekspresif, pragmatic, dan objektif. Pendekatan mimetic menganggap bahwa karya sastra sebagai tiruan alam, kehidupan atau ide; pendekat ekspresif menganggap bahwa karya sastra sebagai ekspresi perasaan, pikiran dan pengalaman pengarangnya; pendekatan pragmatic menganggap bahwa karya sastra sebagaia alat untuk mencapai tujuan pembaca; dan pendekatan objektif lebih menganggap bahwa karya sastra sebagai suatu yang dapat berdiri sendiri (Ratih, 2002: 125).     
Prinsip dari intertekstualitas berasal dari Prancis dan bersumber pada aliran strukturalisme Perancis yang dipengaruhi oleh pemikiran filusuf Prancis, Jaques Derrida dan dikembangkan oleh Julia Kristeva. Bahwa setiap teks sastra dibaca dan harus dengan latar belakang teks-teks lain, tidak ada sebuah teks pun yang sungguh-sungguhmandiri, yang artinya bahwa penciptaan pembacanya tidak dapat dilakukan tanpa adanya teks-teks lain sebagai contoh teladan kerangka. Karya sastra  tidak lahir dalam kekosongan budaya, termasuk sastra itu merupakan response (Teeww, 1983: 65).
Dalam penulisan makalah ini penulis ingin membuktikan bahwa prinsip intertekstualitas  dapat diterapkan secara efektif pada karya sastra di Indonesia, dan penulis memilih untuk meneliti novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata dengan novel “Ranah Tiga Warna” karya Ahmad Fuadi sebagai objek penelitian maklah ini.

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di identifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.      Hipogram dan teks transformasi.
2.      Sudut pandang yang digunakan dalam novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata dengan novel Ranah Tiga Warna” karya Ahmad Fuadi.
3.      Hubunguhan atau pengaruh novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata terhadap  novel Ranah Tiga Warna” karya Ahmad Fuadi.
4.      Persamaan dan perbedaan yang terdapat pada  novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata dengan novel Ranah Tiga Warna” karya Ahmad Fuadi.
5.      Sejarah tokoh utama pada novel novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata dengan  novel Ranah Tiga Warna” karya Ahmad Fuadi.



C.    Pembatasan Masalah

Mengingat sedikit luasnya permasalahan yang ada maka diadakan pembatasan terhadap permasalahan yang akan diteliti. Hal ini diperlukan untul memfokuskan penelitian pada pokok bahasan yang tercakup dalam aspek intertekstualitas, yang tertuang dalam identifikasi masalah. Pembatasan masalah sebagai berikut:
1.      Hipogram dan teks transformasi.
2.      Sudut pandang yang digunakan dalam novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata dengan novel Ranah Tiga Warna” karya Ahmad Fuadi.
3.      Persamaan dan perbedaan yang terdapat pada  novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata dengan novel Ranah Tiga Warna” karya Ahmad Fuadi.

D.    Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang telah disebutkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1.      Manakah yang menjadi hipogram dan teks transformasi pada novel “Laskar Pelagi” karya Andrea Hirata dengan novel “Ranah Tiga Warna” karya Ahmad Fuadi ?
2.      Apa persamaan dan perbedaan pada novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata dengan novel “Ranah Tiga Warna” karya Ahmad Fuadi?
3.      Bagaimanakah pengaruh novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata terhadap novel “Ranah Tiga Warna” karya ahmad Fuadi?

E.     Tujuan Penelitian
penelitian ini bertujuan:
1.      Menentukan hipogram dan teks tertulis.
2.      Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan pada novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata dengan novel “Ranah Tiga Warna” karya Ahmad Fuadi.
3.      Mendeskripsikan pengaruh novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata dengan novel “Ranah Tiga Warna” karya Ahmad Fuadi.


     











\

BAB II
KAJIAN TEORI

Tentang konsep dan prinsip Intertekstual karya sastra apapun jenis dan genre nya, yang lahir dari tangan kreatif pengarang,pada dasarnya selalu berada ditengah-tengah   konteks atau tradisi kebudayaannya. Atau dangan kata lain, bagaimanapun karya sastra tidak lahir dari situasi kosong budaya. (Teeuw,1980:11) dalam hal ini, budaya tidak hanya berarti teks-teks kesastraan yang telah ada sebelumnya, tetapi juga seluruh konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. Karena di yakini tidak lahir dari situasi kosong budaya itu. Di pastikan karya sastra memiliki hubungn erat dengan karya-karya lainnya.  Dan hubungan itu harus dipahami secara lebih luas karena hubungan itu tidak hanya dapat berupa persamaan tetapi juga perbedaan. Hal ini sesuai dangan prinsip bahwa karya sastra selalu dalam ketegangan antara konvensi dan inovasi (Teeuw,1980:12).     
Intertekstualitas karya sastra baru bermakna penuh dalam hubungannya dengan karya sastra lain,baik dalam hal persamaan maupun pertentangannya. Karya sastra yang menjadi latar penciptaan karya lain disebut hipogram.  Secara luas interteks diartikan sebagai jaringan hubungan antara satu teks dengan teks yang lain. Lebih dari itu, teks itu sendiri, secara etimologis (textus, bahasa latin) berarti tenunan, anyaman, penggabungan, susunan, jalinan. Produksi makna terjadi dalam interteks, yaitu melalui proses oposisi, permutasi dan transformasi. Penelitian dilakukan dengan cara menemukan hubungan-hubungan bermakna diantara dua teks atau lebih. Teks-teks yang dikerangkakan sebagai interteks tidak terbatas sebagai persamaan genre, interteks memberikan kemungkinan yang seluas-luasnya bagi peneliti untuk menemukan hipogram. Hubungan yang dimaksud tidak semata-mata sebagai persamaan, melainkan juga sebaliknya sebagai pertentangan, baik sebagai parodi maupun negasi.
Pemahaman secara intertekstual bertujuan untuk menggali secara maksimal makna-makna yang terkandung dalam sebuah teks. Menurut Kristeva, setiap teks harus dibaca atas dasar latar belakang teks-teks lain. Konsep penting dalam teori interteks adalah hipogram (Michael Riffaterre, 1978: 11-13). Menurut Riffaterre hipogram adalah struktur prakteks, yang dianggap sebagai energi puitika teks. Sedangkan karya yang berikutnya dinamakan karya transformasi. Hipogram karya sastra akan meliputi: (1) ekspansi, yaitu perluasan atau pengembangan karya; (2) konvensi adalah pemutarbalikkan hipogram atau matriknya; (3) modifikasi adalah perubahan tataran linguistic manipulasi urutan kata dan kalimat; (4) ekserp adalah semacam intisari dari unsure atau episode dalam hipogram yang disadap oleh pengarang.  Penelitian intertekstualitas merupakan pemahaman sastra sebagai sebuah “presupposition”. Yakni, sebuah perkiraan bahwa suatu teks baru mengandung teks lain sebelumnya. 






BAB III
PEMBAHASAN
Sinopsis Novel Laskar Pelangi
Novel ini menceritakan tentang petualangan 11 orang anggota Laskar Pelangi di sekolah miskin Muhammadiyah di Pulau Belitong pada era akhir 70-an sampai 80-an, mulai sejak Laskar Pelangi masuk SD sampai akhir SMP, dan masa dewasa mereka. Buku ini menceritakan polah tingkah anggota Laskar Pelangi sejak kanak-kanak sampai ABG dengan lingkungan kehidupan ekonomi memprihatinkan di tengah dunia Belitong yang jomplang dengan kemewahan kehidupan kaum Gedong dari PN Timah di masa jayanya. Ketika Flo yang berasal dari kaum Gedong memutuskan bergabung di sekolah itu, kehidupan Laskar Pelangi semakin berwarna. Dengan didikan dari Bu Mus dan Pak Harfan yang terus dibawa sampai seumur hidup mereka, lewat novel ini pembaca bisa turut tenggelam dalam kisah persahabatan, persaudaraan, pendidikan, pergulatan kejiwaan seseorang, sampai kisah cinta pertamanya
Sinopsis Novel Ranah Tiga Warna
            Novel Ranah Tiga warna menceritakan seseorang yang baru saja tamat dari pondok Madani yang bernama  Alif, yang memiliki impian seperti Habibie, lalu merantau ke Amerika. Dengan semangatnya dia pulang kampung ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun Randai meragukan Alif mampu lulus UMPTN, karena dia lulusan dari pondok Madani yang tidak mendapatkan ijazah SMA. Hal tersebut rupanya tidak menjadi masalah bagi Alif, ia terinspirasi semangat tim dinamit Denmark dengan melewati rintangan-rintangan berat. Ada satu mantra yang menyemangati Alif yaitu “man jadda wajada”  namun baginya mantra itu tidak cukup sakti dalam hidup, lalu mantra nya tersebut ditambah “man shabara zhafira”. Siapa yang bersabar akan beruntung. Dan mantra tersebut membawa semua impian-impian Alif sampai ia benar-benar merasakan kebahagiaan yang sebenarnya, yang selama ini ia belum dapatkan dengan penuh kesabaran dan berusaha, maka ia mendapatkannya.    

A.    Hipogram dan Teks Transformasi

Dari hasil yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata adalah sebagai teks hipogramnya, karena telah terbit terlebih dahulu pada bulan September 2005 dari novel “Ranah Tiga Warna” karya Ahmad Fuadi. Dan novel “Ranah Tiga Warna” sebagai teks transformasinya yang terbit pada bulan januari 2011.
Andrea Hirata dalam menuliskan novelnya yang berjudul “Laskar Pelangi” menceritakan  tentang dunia pendidikan, dan cerita yang sangat mengharukan, dengan tokoh yang sederhana, jujur, tulus, gigih dan penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal. Takwa yang dituturkan secara cerdas, dengan semangat mereka yang selalu dirundung kesulitan dalam menempuh pendidikan. Sebuh kisah tentang anak-anak yang luar biasa, yang mampu melahirkan semangat serta kreativitas yang mencengangkan.
Di dalam novel “Ranah Tiga Warana” Ahmad Fuadi menuliskan sebuah kisah pendidikan yang tak jauh beda dengan novel “Laskar Pelangi” . novel “Ranah Tiga Warna ” tentang pendidikan dengan perjuangan yang penuh tantangan dalam menggapai cita-cita dengan memrangi kemiskinan yang ada agar mendapatkan pendidikan yang diinginkannya.
Jadi, hubungan intertekstual antara novel “Laskar Pelangi” dengan novel “Ranah Tiga Warna”  adalah hubungan perluasan atau pengembangan, adanya kesejajaran sama-sama memiliki cita-cita untuk pergi mencari ilmu dan pengalaman di negeri orang.


B.     Persamaan dan Perbedaan

1.      Persamaan Tokoh
a.       Tokoh Ikal dengan Alif
Dalam ke dua novel tersebut digambarkan ke dua tokoh antara Ikal dan Alif memiliki persamaan sama-sama dari keluarga yang sederhana yang memperjuangkan pendidikannya dalam keadaan yang cukup memprihatinkan .
Berikut kutipannya.
Ø  Tokoh Ikal dalam novel “Laskar  Pelangi”
“menyekolahkan anak berarti mengikat diri pada biaya selama belasan tahundan hal itu bukan perkara gampang bagi keluarga kami” (Hal 3)

“ Adapun sekolah ini, SD Muhammadiyah, juga sekolah kampong yang paling miskin di Belitong. Ada tiga alasan mengapa para orang tua mendaftarkan anaknya si sini. Pertama, karena sekolah Muhammadiyah tidak menetapkan iuran dalam bentuk apa pun, para orangtua hanya menyumbang sukarela semampu mereka. Ke duakarena firasat, anak-anak mereka dianggap memiliki karakter yang mudah disesatkan iblis sehingga sejak usia mudah arus mendapat pendadaran Islam yang tangguh. Ke tiga karena anaknya memang tak diterima di sekolah mana pun” (Hal 4)

“Sedangkan aku dan agaknya juga anak-anak yang lain merasa amat pedih: pedih pada orangtua kami yang tak mampu, pedih menyaksikan detik-detik terakhir sebuaah sekolah yang tua yang tutup justru pada hari pertama kami ingin sekolah, dan pedih pada niat kuat kami untuk belajar tapi tinggal selangkah lagi harus terhenti hanya karena kekurangan satu murid” (Hal 5)

Ø  Tokoh Alif dalam novel “Ranah Tiga Warna”
“Aku menduga keras, Ayah telah melego bebeknya, harta paling berharganya, demi membiayai kuliah anak bujangnya.” (Hal 39)
“Amak sedih sekali belum bisa mencukupi kebutuhan wa’ang di rantau. Tapi jangan pernah berani-berani pulang tanpa menyelesaikan apa yang sudah wa’ang mulai. Selesaikan kuliah, Amak akan mendukung dengan sepenuh tenaga dan do’a. menuntut ilmu itu juga berjuang di jalan Tuhan. insyaAllah, amak masih sanggup menghidupi kalian. Dengan cara apapun.” (105)




b.       Lintang dan Randai
Ke dua tokoh tersebut sama-sama sebagai teman yang pandai dalam mata pelajaran maupun yang lain, dan sebagai teman yang selalu memerikan semangat.

c.       Persamaan Tema
Novel Laskar Pelangi dan novel Ranah Tiga Warna memiliki persamaan dalam tema yang menonojolkan pendidikan yang terjadi di Indonesia dengan memiliki keinginan untuk pergi ke luar negeri.

d.      Persamaan Alur
Alur pada novel Laskar Pelangi dan Ranah Tiga Warna memiliki alur maju mundur. Pada novel Laskar Pelangi di akhir cerita masih dikaitkan pada cerita awal. Sedangkan pada novel Ranah Tiga Warna, juga diceritakan kejadian yang sudah ada pada novel sebelumnya yaitu novel Negeri Lima Menara, dikaitkan pada novel Ranah Tiga Warna, karena novel tersebut merupan novel trilogi Negeri Lima Menara.

2.      Perbedaa Tokoh

a.       Ikal dan Alif
Perbedaan antara ke dua tokoh yaitu, tokoh Ikal menginginkan untuk pergi ke Edensor sedangkan Alif ke Amerika yaitu Kanada. Kutipannya sebagai berikut.
Ø  Tokoh Ikal dalam novel “Laskar Pelangi”
“ aku telah jatuh hati dengan Edensor dan menemukannya sebagai sebuah tempat dalam khyalanku setiapa kali aku ingin lari dari kesedihan” (Hal 334).
Ø  Tokoh Alif dalam novel “Ranah Tiga Warna”
“Aku tidak pernah lupa, impian menjulang ketika duduk di bawah masjid menara masjid Pondok Madani bersama Sahibul Menara. Aku membayangkan suatu hari kelak akan merantau ke Amerika” (Hal 17


C.    Pengaruh novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata terhadap novel “Ranah Tiga warna”  karya Ahmad Fuadi

Novel Ranah Tiga Warna cukup mendapat pengaruh yang cukup banyak dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, namun tidak semuanya memiliki kesamaan, ada pula perbedaan antara kedua novel tersebut. Beberapa kesamaan yang ditransformasikanoleh pengarang Ranah Tiga Warna yaitu tentang tema yang sama-sama bertema “Pendidikan”. Namun dalam novel “Ranah Tiga Warna” Ahmad Fuadi mengembangkan cerita dalam novel tersebut dengan memberikan ragam pristiwa-pristiwa yang terjadi.




KESIMPULAN
Dari ke dua novel tersebut dapat disimpulakan bahwa keduanya memiliki kesamaan pada tema yang sama-sama berlatar  belakangka pendididkan, dan novel Laskar Pelangi yang menjadi Hipogram dan novel Ranah Tiga Warna yang menjadi teks trasnformasi.















DAFTAR PUSTAKA

Fuadi, Ahmad. 2011. Ranah Tiga Warna. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hirata, Andrea. 2005. Laskar pelangi. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kuntha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Pewnelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyatmi, Titiek. 2008. Sastra Perbandingan. Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar